1.
a.
pengerttian perubahan/manajemen perubahan
Jeff Davidson menjelaskan bahwa perubahan merujuk pada sebuah terjadinya
sesuatu yang berbeda dengan sebelumnya. Perubahan bisa juga bermakna melakukan
hal-hal dengan cara baru, mengikuti jalur baru, mengadopsi teknologi baru,
memasang sistem baru, mengikuti prosedur-prosedur manajemen baru, penggabungan(merging), melakukan reorganisasi, atau terjadinya
peristiwa yang bersifat mengganggu (disruptive) yang
sangat signifikan. Rumusan perubahan yang diungkapkan oleh Davidson tersebut,
bahwa perubahan organisasi termasuk lembaga pendidikan tinggi bisa terjadi di
berbagai aspek kehidupan organisasi.
Manajemen Perubahan adalah upaya yang dilakukan untuk
mengelola akibat-akibat yang ditimbulkan karena terjadinya perubahan dalam
organisasi. Perubahan dapat terjadi karena sebab-sebab yang berasal dari
dalam maupun dari luar organisasi tersebut. Manajemen perubahan merupakan suatu
hal yang penting dalam suatu organisasi. Dengan adanya manajemen perubahan,
suatu organisasi dapat menjadi lebih dinamis dalam menghadapi perkembangan
jaman dan kemajuan teknologi.
b. pendekatan-pendekatan manajemen
perubahan
Terdapat dua pendekatan utama untuk manajemen perubahan
yaitu:
1.
Planned Change (Perubahan
Terencana)
Bullock dan Batten (Burnes, 200:272) mengemukakan bahwa
untuk melakukan perubahan terencana perlu dilakukan empat fase tindakan yaitu
sebagai berikut:
a. Exploration
phase (fase eksplorasi).
b. Planning phase (fase
perencanaan).
c. Action
phase (fase tindakan).
d. Integration
phase (fase integrasi).
2.
Emergent Approach (Pendekatan Darurat)
Emergent approach memberikan
arahan dengan melakukan penekanan pada lima gambaran organisasi yang dapat
mengembangkan atau menghalangi keberhasilan perubahan yaitu sebagai berikut:
1. Organizational
structure (struktur organisasi).
2. Organizational
culture (budaya organisasi).
3. Organizational
learning (organisasi pembelajaran).
4. Manajerial
behaviour (perilaku manajerial).
5. Power
and politics (kekuatan dan politik).
Dalam melakukan emergent change,
Pettigrew dan Whipp (Burnes, 2000:294) mengusulkan model untuk mengelola
perubahan strategis dan operasional dengan melibatkan lima faktor yang saling
berkaitan yaitu sebagai berikut:
1. Environmental
assesment (penelusuran lingkungan).
2. Leading
change (memimpin perubahan).
3. Linking
strategic and operational change (menghubungkan perubahan strategis
dan operasional).
4. Human resources sebagai assets dan liabilities (sumber
daya manusia sebagai kekuatan dan beban).
2.
Mengapa
terjadi perubahan
Faktor-faktor
Penyebab Perubahan Organisasi
Secara garis besar faktor penyebab
terjadinya perubahan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
·
Faktor
ekstern,
·
Faktor
intern.
Faktor
Ekstern
Adalah penyebab perubahan yang berasal dari
luar, atau sering disebut lingkungan. Organisasi bersifat responsive terhadap
perubahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu, jarang sekali suatu
organisasi melakukan perubahan besar tanpa adanya dorongan yang kuat dari
lingkungannya. Artinya, perubahan yang besar itu terjadi karena lingkungan
menuntut seperti itu. Beberapa penyebab perubahan organisasi yang termasuk
faktor ekstern adalah perkembangan teknologi, faktor ekonomi dan peraturan
pemerintah.
Perkembangan dan kemajuan teknologi
juga merupakan penyebab penting dilakukannya perubahan. Penggantian
perlengkapan lama dengan perlengkapan baru yang lebih modern menyebabkan
perubahan dalam berbagai hal, misalnya: prosedur kerja, kualitas dan kuantitas
tenaga kerja, jenis bahan baku, jenis output yang dihasilkan, system penggajian
yang diberlakukan yang memungkinkan jumlah bagian-bagian yang ada dikurangi
atau hubungan pola kerja diubah karena adanya perlengkapan baru.
Perkembangan IPTEK terus berlanjut
sehingga setiap saat ditemukan berbagai produk teknologi baru yang secara
langsung atau tidak memaksa organisasi untuk melakukan perubahan. Organisasi
yang tidak tanggap dan bersedia menyerap berbagai temuan teknologi tersebut
akan tertinggal dan pada gilirannya tidak akan sanggup survive.
Faktor
Intern
Adalah penyebab perubahan yang berasal dari
dalam organisasi yang bersangkutan, yang dapat berasal dari berbagai sumber
antara lain:
·
problem
hubungan antar anggota.
·
problem
dalam proses kerja sama,
·
problem
keuangan.
Hubungan antar anggota yang kurang
harmonis merupakan salah satu problem yang lazim terjadi. Dibedakan menjadi
dua, yaitu: problem yang menyangkut hubungan atasan bawahan (hubungan yang
bersifat vertikal), dan problem yang menyangkut hubungan sesama anggota yang
kedudukannya setingkat (hubungan yang bersifat horizontal). Problem atasan
bawahan yang sering timbul adalah problem yang menyangkut pengambilan keputusan
dan komunikasi. Keputusan pimpinan yang berkenaan dengan system pengupahan,
misalnya dianggap tidak adil atau tidak wajar oleh bawahan, atau putusan
tentang pemberlakuan jam kerja yang dianggap terlalu lama, dsb. Hal ini akan menimbulkan
tingkah laku anggota yang kurang menguntungkan organisasi, misalnya anggota
sering terlambat. Komunikasi atasan bawahan juga sering menimbulkan problem.
Keputusannya sendiri mungkin baik tetapi karena terjadi salah informasi,
bawahan menolak keputusan pimpinan. Dalam hal seperti ini perubahan yang
dilakukan akan menyangkut system saluran komunikasi yang digunakan. Problem
yang sering timbul berkaitan dengan hubungan sesame anggota organisasi pada
umumnya menyangkut masalah komunikasi dan kepentingan masing-masing anggota.
Proses kerja sama yang berlangsung
dalam organisasi juga kadang-kadang merupakan penyebab dilakukannya perubahan.
Problem yang timbul dapat menyangkut masalah system kerjasamanya dan dapat pula
menyangkut perlengkapan atau peralatan yang digunakan. Sistem kerja sama yang
terlalu birokratis atau sebaliknya dapat menyebabkan suatu organisasi menjadi
tidak efisien. System birokrasi (kaku) menyebabkan hubungan antar anggota
menjadi impersonal yang mengakibatkan rendahnya semangat kerja dan pada
gilirannya produktivitas menurun, demikian sebaliknya. Perubahan yang harus
dilakukan akan menyangkut struktur organisasi yang digunakan.
Perlengkapan yang digunakan dalam
mengolah input menjadi output juga dapat merupakan penyebab dilakukannya perubahan.
Tujuan penggunaan berbagai perlengkapan dan peralatan dalam proses kerjasama
ialah agar diperoleh hasil secara efisien.
3.
siapa
yang paling berperan dalam menejemen perubahan
Setidak-tidaknya ada
tiga pelaku perubahan yang bisa berperan dalam setiap proses perubahan,
diantaranya adalah:
1. Para
pelaku perubahan dengan kekuasaan resmi (legitimacy of change) adalah
mereka yang memiliki kekuasaan yang diakui secara formal dan dianggap sah.
2. Para
pendorong dan penganjur timbulnya perubahan (instigators of change)
adalah mereka yang memandang perlunya perubahan karena telah membandingkan dan
melihat sesuatu yang baik di tempat lain, seperti mereka yang baru kembali dari
studi banding.
3. Para
fasilitator perubahan (facilitator of change) adalah mereka yang
memiliki kewibawaan dan diakui serta dikenal sebagai pemimpin informal yang
memudahkan serta melicinkan proses timbulnya perubahan.
Para pelaku perubahan
tersebut diatas memiliki karakteristik dan cirri-ciri sebagai berikut :
1. Memiliki
pemikiran dan ide inovatif, bersemangat dan berani.
2. Selalu
mencari hal-hal baru yang menantang dengan mempertimbangkan resiko yang tidak
terlalu tinggi.
3. Ingin
selalu melihat organisasi, masyarakat atau institusinya berkembang maju dan
memilii loyalitas yang tinggi serta komitmen yang kuat
4. Pandai
berorganisasi, cerdik dalam berpolitik, mengerti sistem kekuasaan serta
batas-batas perubahan yang ingin dilakukan tetapi tidak terkalahkan oleh
rintangan dan keterbatasan yang ada.
5. Dapat
menjadi anggota dan pemain tim yang efektif serta gampang dan senang berkawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar